Sejarah Islam klasik, Islam Pertengahan, dan Islam modern
BISMILAHIRAHMANIRAHIM
Islam Klasik 650-1250 M
Sepeninggal nabi muncul problem tentang siapa yang pantas
menggantikan nabi, sebab nabi tidak meninggalkan wasiat mengenai
pergantian kemimpinan[1]
. Kelompok muhajirin dan anshar masing-masing mengklaim paling berhak
menggantikan posisi nabi. Ketika peristiwa itu berlangsung, umar bin
khattab datang dan mengusulkan abu bakar sebagai orang yang paling
pantas menggantikan nabi karena kedekatan dan senioritasnya. Lalu umar
membaiat abu bakar dan diikuti oleh yang lainnya. Proses pemilihan abu
bakar dilakukan secara aklamasi oleh perorangan yaitu ummar bin khattab
lalu disetujui kaum muslimin. Pembaiatan abu bakar pun dilakukan sekali
lagi di masjid Nabawi.
Sayidina Ali bin abi thalib tidak membaiat abu bakar karena masih
mengurus jenazah nabi dan menenggang perasaan isterinya, fatimah, yang
menurut tanah warisan nabi tapi tidak dikabulkan abu bakar. Baru setelah
fatimah wafat ali pun membaiat abu bakar[2]
. pemilihan khalifah dilakukan secara demokratis. Cara ini dilakukan
karena rasulullah tidak menunjuk pengganti atau mewariskan kemimpinannya
kepada seseorang.
Periode klasik ini dapat pula dibagi dua ke dalam dua masa, masa kemajuan dan masa disintegrasi[3]
. masa kemajuan islam 650-1000 M. Masa ini masa ekspansi, integrasi dan
keemasan islam. Dalam hal ekspansi, sebelum nabi muhammad wafat di
tahun 623 M. Seluruh semenanjung arabia telah tunduk ke bawah kekuasaan
islam. Ekspansi kedaerah-daerah di luar arabia dimulai dizaman khalifah
pertama, Abu bakar Al-Siddik.
Sayidina Abu bakar menjadi khalifah di tahun 632 M[4]
. tetapi dua tahun kemudian meninggal dunia. Masanya yang singkat itu
dipergunakan untuk menyelesaikan perang riddah, yang dimbulkan oleh
suku-suku bangsa arab yang tidak mau tunduk lagi kepada madinah. lalu
dilanjutkan oleh khlifah kedua, Umar Ibn Al-Khattab (634-644 M). Di
zamannyalah gelombang ekspansi pertama terjadi, kota damaskus jatuh di
tahun 635 M. Dan setahun kemudian, setelah tentara binzantium kalah
pertempuran di yarmuk, jatuh ke bawah kekuasaan islam. Ekspansi di
teruskan ke irak dan mesir. Irak jatuh di tangan islam pada tahun 637 M
sedangkan, mesir jatuh di tangan islam pada tauhn 640 M[5] . Setelah irak jatuh ke tangan islam, lalu dilanjutkan serangan di persia. Persia jatuh ditangan islam pada tahun 641 M.
Di zaman Sayidina Usman Bin Affan (644-656 M), gelombang ekspansi
pertama berhenti sampai di sini. Di kalangan umat islam terjadi
perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul
usman mati terbunuh.
Sebagai penganti Usman, Sayidina Ali Ibn Abi Thalib menjadi khalifah
keempat (656-661 M) tetapi mendapat tantangan dari pihak pendukung
Usman terutam Mu’awiah. Ali, sebagaimana usman mati terbunuh, dan
mu’awiah menjadi khalifah kelima. Mu’awiah selajutnya membentuk Dinasti
Bani Umayyah (661-750 M) dan ekspansi gelombang kedua terjadi di zaman
dinasti ini. Mu’awiah menerapkan pemerintahan semacam monarki yakni
kekuasaan turun- menurun di kalangan keluarganya[6] .
Jatuhnya dinasti bani umayyah adalah dari semenjak berdirinya,
dinasti bani umayyah telah menghadapi tantangan-tantangan. Kaum khawarij
pada mulanya adalah pengikut ali, tetapi tidak setuju dengan politik
ali untuk mencari penyelesaian secara damai dengan mu’awiah tentang soal
khalifah[7]
. Tantangan keras yang akhirnya membawa kejatuhan bani umayyah datang
dari pihak golongan Syi’ah. Golongan syi’ah adalah pengikut-pengikut
yang setia dari ali dan berkeyakinan bahwa alilah sebenarnya yang harus
menggantikan nabi untuk menjadi khalifah umat islam. Akhirnya yang
lansung membawa kepada jatuhnya kekuasaan bani umayyah ialah munculnya
satu cabang lain dari Quraisy, yaitu Abu Al-Abbas. Abu al-abbas
mengadakan kerja sama dengan kaum syi’ah. Serangan terhadap bani umayyah
dimulai dari khurasan jatuh tahun 750 M. Tidak lama kemudian khalifah
bani umayyah pun jatuh digantikan oleh abu al-abbas sebagai khalifah.
Keberhasilan menumbangkan dinasti umayyah tersebut tidak dapat
dilepaskan dari beberapa faktor yaitu pertama, gencarnya propaganda yang
dilakukan oleh al-abbas kepada setiap penduduk yang kecewa atas
kemimpinan dinasti bani umayyah, kedua, makin banyaknya pendukung dari
segala lapisan masyarakat terhadap kaum pemberontak sehingga kebencian
mereka terhadap bani umayyah menjadi faktor yang memundahkan mobilisasi
massa, ketiga pemerintahan dinasti bani umayyah yang dianggap zalim ikut
mendorong kebencian di rakyat, keempat, kelemahan yang dialami oleh
dinasti bani umayyah sendiri[8]
. pada awal pemerintahan banyak masalah yang harus dihadapi. Namun,
berkat bakat kemimpinannya semua permasalahan dapat diatasinya dengan
baik. Kekuasaan khalifah makin lama makin tidak memilki pengaruh
apa-apa. Keadaan ini tidak dapat dihindari oleh para khalifah penggantin
berikutnya, karena para tentara keturunan turki yang makin lama makin
banyak turut memberi dukungan bagi asyinas[9]
. secara politis pada khalifah dinasti abbasiyah lemah dan mundur, di
pihak lain kemajuan intelektual, sains, dan filsafat terus berkembang.
Bahkan kemajuan sains, dan filsafat makin bertambah pada masa Buwaih
dengan bermunculnya para ilmuwan dan filosof dengan membawa
pemikiran-pemikiran baru.
Masa disintegrasi (1000-1250 M) dalam bidang politik sebenarnya telah
mulai terjadi pada akhir zaman bani umayyah, tetapi memuncak di zaman
bani abbasiyah[10]
. khalifah-khalifah bani abbasiyah tetap diakui, tetapi kekuasaan
dipengang oleh sultan-sultan Buwaihi. Kekuasaan dinasti buwaihi atas
bagdad kemudian dirampas oleh dinasti Saljuk. Saljuk adalah seorang
pemuka suku bangsa turki yang berasal dari Turkestan. Saljuk dapat
memperluas daerah kekuasaan mereka sampai ke daerah yang dikuasai
dinasti bawaihi. Dan semenjak itu sampai sekarang Asia kecil menjadi
daerah islam. Dengan jatuhnya asia kecil ke tangan dinasti saljuk, jalan
naik haji ke palestina bagi umat Kristen di eropa menjadi terhalang.
Untuk membuka jalan itu kembali Paus Urban II berseru kepada umat
kristen di eropa di tahun 1095 M supaya mengadakan perang suci terhadap
islam. Perang salib pertama terjadi antara tahun 1096 M dan 1099 M,
perang salib kedua antara tahun 1147 M dan 1149 M yang diikuti lagi oleh
beberapa perang salib lainnya, tetapi tidak berhasil merebut palestina
dari kekuasaan islam. Di abad duapuluh inilah baru palestina jatuh ke
tangan inggris sesudah kalahnya turki dalam perang dunia pertama.
Perpecahan di kalangan umat islam menjadi besar. Ekspansi islam di zaman
ini meluas ke daerah yang di kuasai binzatium di barat, ke daerah
pedalaman di timur dan afrika memalui gurun sahara di selatan. Dinasti
saljikah meluaskan daerah islam sampai ke asia kecil dan dari sana
kemudian diperluas lagi oleh dinasti usmani ke eropa timur. Di india
Ekspansi islam diteruskan oleh dinasti Gaznawi.
Islam Pertengahan 1250-1800 M
Keturunan Jengis Khan datang membawa penghancuran ke dunia islam[11]
. jengis khan berasal dari mongolia. Setelah menduduki Peking di tahun
1212 M, ia mengalihkan serangan-serangannya ke arah barat. Satu demi
satu kerajaan-kerajaan islam di barat jatuh ke tangannya di tahun
1219/1220 M. Dari sini ia meneruskan serangan-serangannya ke eropa dan
ke rusia. Pada permulaan tahun 1258 M ia sampai ke tepi kota bagdad.
Pemerintah untuk menyerah ditolak oleh khalifah Al-Musta’sim dan kota
bagdag di kepung. Pada tahun 1258 benteng bagdad ditembus dan
dihancurkan hulagu. Hulagu bukanlah beragama islam dan anaknya Abaga
(1265-1281 M) masuk kristen. Ghasan Mahmud (1295-1304 M) juga masuk
islam dan demikian juga Uljaytun Khuda Banda (1305-1316 M). Uljaytun
pada mulanya beragama kristen adalah Raja Mongol besar yang terakhir.
Pada itu Timur Link, seorang yang berasal dari keturunan Jengis Khan
dapat menguasai Samarkand di tahun 1369 M. Kedatangannya ke
daerah-daerah di antara Delhi dan laut Marmara membawa penghancuran.
Mesjid-mesjid dan madrasah-madrasah dihancurkan.
Pasukan mongol pada tahun (1260-1277 M) melakukan pengacuran di mesir, tetapi sebaliknya pasukan mongol dihancurkan oleh mesir [12]. Pada tahun 1250 M kekuasaan mesir dikuasai kaum Mamluk.
Di india juga persaingan dan peperangan untuk merebut kekuasaan
selalu terjadi sehingga india senantiasa menghadapi perubahan penguasa.
Kekuasaan dinasti ghazanawi dipatahkan oleh pengikut Ghaur Khan, yang
juga berasal dari salah satu suku bangsa Turki. Mereka masuk ke india di
tahun 1175 M , dan bertahan samapai tahun 1206 M.
Di spanyol timbul peperangan antara dinasti-dinasti islam yang ada di
sana dengan raja-raja kristen. Di dalam peperangan itu raja-raja
kristen dapat memakai politik Adu-Domba antara dinasti-dinasti islam.
Raja-raja kristen mengadakan persatuan sehingga satu demi satu dinasti
islam dapat dikalahkan. Di tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi
orang islam di spanyol. Di zaman inilah penghacuran khilafah secara
formal. Islam tidak lagi mempunyai khalifah, yang diakui oleh semua umat
sebagai lambang persatuan dan ini berlaku sampai kerajaan usmani
mengangkat khalifah yang baru di istanbul di abad keenam belas.
Periode usmani (1299-1422) dimulai dari awal berdirinya perluasan
pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan Timur Lenk. Pada masa
usman dilakukan ekspansi islam dengan merebut wilayah dikuasai Bizantium[13]
. Orkhan menggantikan usman, juga dapat menundukkan wilayah turkeman,
nicaea, nicomedia, dan dapat mengontrol wilayah antara teluk edremit
meluaskan wilayah eropa. Bayazid, putra murad, menggantikannya. Bayazid
menaklukan wilayah yang belum ditundukkan sultan-sultan sebelumnya. Di
masanya terjadi peperangan besar antara pasukan usmani melawan tentara
sekutu eropa yang dimenangkan oleh pasukan usmani. Pasukan bayazid juga
harus menghadapi pasukan mongol dibawah komando Timur Link. Karena
jumlah pasukannya tidak seimbang, ia pun dikalahkan dan ditawan oleh
timur lenk dan wafat di tahun 1402.
Di Turki ada tiga kerajaan yaitu, Sultan Muhammad Al-Fatih (1451-1481
M) dari kerajaan usmani mengalahkan kerajaan bizantium dengan menduduki
istanbul di tahun 1453 M. Ekspansi ke arah barat dengan demikian
berjalan lebih lancar. Pengganti sultan muhammad al-fatih adalah sultan
salim (1512-1520 M) sultan salim memilki kemampuan memerintah dan
memimpin peperangan. Pada masa pemerintahannya wilayah usmani bertambah
luas menembus afrika utara, syiria, dan mesir. Kemajuan-kemajuan lain
dibuat oleh Sultan Sulaiman Al- Qanuni (1512-1566 M)[14]
. Sultan sulaiman adalah sultan usmani yang terbesar. Wilaya
kekuasaannya mencakup tiga benua yaitu ASIA, AFRIKA, dan EROPA. Pada di
tahun (1556-1699 M) ditandai dengan kemampuan Usmani mempertahankan
wilayahnya sampai lepasnya Hungaria. Pada periode ini mulai bermunculan
pemberontakan dan usaha-usaha memisahkan diri dari pemerintahan usmani.
Di tahun (1699-1839 M) ditandai dengan surutnya kekuatan kerajaan dan
pecahnya wilayah di tangan penguasa wilayah. Tanda-tanda ini semakin
tampak, kekuatan asing seperti Rusia dan Australia mulai memainkan
perannya dalam memanfaatkan kelemahan militer usmani. Perang berakhir
pada tahun 1774, dimana turki kehilangan Crimea. Jelasnya di abad 18,
Turki Usmani mengalami penurunan kekuasaan. Wilayah-wilayah kekuasaannya
di berbagai benua satu persatu mulai menunjukkan ketidakloyalannya.
Pada di tahun (1839-1922) ditandai dengan kebangkitan kultural dan
administratif dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat. Pada periode
ini dilakukan pembaharuan politik, administratif dan kebudayaan hingga
kejatuhannya di tahun 1924 dan berganti menjadi Republik. Khilafah Turki
Usmani dihapuskan oleh Kemal Attaturk, dan turki dirombak menjadi
negara Nasional Republik Turki.
Islam modern
Pada zaman modern itu memang muncul dan dimulai di Eropa barat laut,
yakni Inggris dan Prancis. Eropa barat laut, bahkan seluruh eropa,
adalah daerah pinggiran[15]
. Maka timbul persepsi bahwa daerah pinggiran tidak semestinya menjadi
tempat lahirnya suatu terobosan sejarah yang begitu dasyat seperti zaman
modern ini. Zaman modern itu tidak muncul dari eropa barat alut, tentu
akan muncul dalam waktunya yang tepat, entah di negeri China ( karena
industrialismenya) atau di dunia islam (karena etos intelektualnya). Dan
dari dua kemungkinan itu, dunia islam memiliki peluang lebih besar,
sebab etos intelektual atau keilmuan adalah dasar dari pengembangan
peradaban modern ini.
Agama islam berkepentingan untuk memacu pembaruan, peningkatan dan
pengembangan kehidupan. ia berkepentingan mendorong seluruh potensi
manusia agar dapat berkreasi, agar membesar dan meningkat[16]
. Islam bukan hanya sebagai ritus-ritus yang haruskan dilaksanakan,
bukan hanya da’wah akhlak,bukan hanya sebagai suatu sistem pemerintahan,
sistem perekonomian atau sistem hubungan internalsional. islam
merupakan gerakan inopatif dan kreatif. Untuk mewujudkan sebuah
kehidupan yang belum pernah ada sebelumnya dan belum pernah diatur oleh
perundang-undang yan dibuat orang pada zaman sebelum maupun sesudah
datangnya islam. Daya inopasi dan kreasi yang dibawa oleh islam itu
ditunjukan kepada setiap hati atau kalbu, dan kalbu selanjutnya
mengejawatahkannya dalam kenyataan.
Dalam memahami kedudukan dan fungsi ilmu pengetahuan dan
informasi-informasi ilmiah (terutama di zaman sekarang yang sering
disebut era informasi), pengertian Qur’ani tentang “ayat” itu perlu
dipahami dengan baik dan direnungkan secara mendalam[17]
. tetapi dalam telaah lebih lanjut, perkataan “ayat” juga mengandung
makna “sumber pelajaran” atau” sumber mencari dan menemukan kebenaran”,
seperti perkataan itu digunakan dalam rangkaian frase “ayat al-qur’an”.
Gerakan kebangkitan yang dipelopori al-jabarti di atas terputus
beberapa tahun ketika terjadi penduduk Napoleon dari prancis atas mesir
(1798-1802 M)[18]
. Namun pendudukan itu sendiri memberikan saham yang tidak dapat
dikatakan kecil bagi kebangkitan mesir pada masa selanjutnya, termasuk
dalam bidang sejarah. Setelah prancis meninggalkan mesir, penguasa baru
mesir Muhammad Ali Pasya bertekad untuk memulai pembangunan mesir dengan
meniru barat. Sekolah-sekolah baru dibuka dan para mahasiswa dikrim ke
eropa. Pada masa ini gerakan penulisan sejarah yang dipelopori
al-jabarti disusul oleh Isma’il al-Kasyasyaf dan al-athathar yang mulai
mendapat pengikut di al-azhar juga terhenti sebagaimana pada
masapendudukan napoleon tersebut. Di awal paroan kedua abad ke-19,
muncul dua kelompok yang menjadi pelopor kedua setelah al-jabarti dalam
kebangkitan penulisan sejarah.